Rabu, 31 Agustus 2011

Ramadhan Bulan Dakwah dan Jihad


Ramadhan kembali menjumpai kita, sementara kondisi kaum Muslim masih serupa dengan kondisi mereka sebagaimana Ramadhan tahun yang lalu, bahkan sebagaimana Ramadhan tahun-tahun sebelumnya. Mereka masih berada dalam kelemahan, terzalimi dan teraniaya, direndahkan, “diperebutkan” oleh bangsa-bangsa lain sebagaimana hidangan, serta terpecah-belah dalam banyak negara.



Pada bulan ini, kita diwajibkan melaksanakan shaum. Shaum Ramadhan merupakan salah satu syiar Islam yang menyatukan seluruh kaum Muslim dari ufuk barat hingga ufuk timur. Shaum Ramadhan juga senantiasa mengingatkan kita bahwa Tuhan kita adalah satu, Allah SWT; agama kita satu, Islam; kiblat kita satu, Ka’bah; dan yang menjadi perhatian kita satu, kondisi kaum Muslim. Semua itu memperkuat bahwa kita, kaum Muslim, adalah satu umat di tengah-tengah umat manusia secara keseluruhan. Karena itu, tidaklah layak kita kaum Muslim terpecah-belah oleh semangat nasionalisme, kebangsaan, patriotisme, dan fanatisme golongan dan mazhab; atau terpecah-belah oleh semangat kemaslahatan duniawi, harta benda, dan penghormatan dari manusia.
Akan tetapi, sayang, kondisi kaum Muslim saat ini justru membenarkan adanya keterpecah-belahan di atas. Akibatnya, keadaan mereka- sebagaimana disabdakan Rasulullah saw.-adalah seperti hidangan yang diperebutkan:
Akan menimpa atas kalian, umat-umat lain akan mengerubungi dan memperebutkan kalian sebagaimana mereka mengerubungi dan memperebutkan hidangan. (HR Abu Dawud dari Tsauban).
Para Sahabat kemudian bertanya kepada Rasul saw., apakah jumlah kaum Muslim ketika itu kecil? Rasul menjelaskan bahwa jumlah mereka ketika itu banyak, tetapi seperti buih di lautan.
Sebagaimana kita ketahui, saat ini jumlah kaum Muslim kurang lebih satu setengah miliar orang. Akan tetapi, mereka terpecah dalam banyak kepemimpinan dan institusi pemerintahan. Kondisi keterpecahbelahan seperti sekarang inilah yang mengakibatkan kaum Muslim bagaikan buih di lautan sebagaimana kata Nabi saw. Kondisi kaum Muslim seperti ini diperparah oleh sikap mereka yang cenderung lebih mencintai dunia dan takut akan kematian.
Apalagi saat ini, kaum Muslim juga tidak henti-hentinya dihadapkan pada berbagai makar dan rekayasa Barat yang bernafsu untuk menikam Islam dan kaum Muslim. Mereka, misalnya, mendiskreditkan Islam dan kaum Muslim dengan berbagai julukan negatif semisal sebutan “fundamentalis”, “radikal”, “teroris”, dsb. Julukan-julukan tersebut biasanya selalu mereka alamatkan kepada kaum Muslim yang konsisten dengan upaya mereka untuk menerapkan dan melaksanakan syariat Islam secara total dalam seluruh aspek kehidupan mereka.
Kondisi kaum Muslim seperti ini sudah seharusnya disadari oleh kita semua, apalagi pada setiap bulan Ramadhan. Sebab, sesungguhnya Ramadhan dapat menyatukan perasaan kaum Muslim dalam kesatuan perasaan dan syiar. Karena itu, Ramadhan sudah selayaknya semakin memperkuat kesadaran kita akan kondisi kaum Muslim yang sangat jauh dari gambaran ideal sebagaimana kaum Muslim terdahulu yang begitu agung. Ramadhan kali ini selayaknya juga semakin menambah keinginan dan semangat kita untuk mewujudkan umat ini sebagai sebaik-baik umat yang telah dipilih Allah untuk menjadi saksi atas seluruh manusia.
Ramadhan Bulan untuk Berlomba dalam Kebaikan
Ramadhan juga selayaknya dijadikan sebagai momentum bagi kita untuk menghisab diri: Apa yang telah kita lakukan untuk Islam? Apakah kita telah menghidupkan syariat-Nya? Apakah kita selama ini telah menjauhi bid’ah dan menghidupkan sunnah ? Apakah kita telah melakukan amar makruf nahi mungkar ? Apakah kita juga telah menyerukan Islam dan bersama-sama dengan kaum Muslim lain berjuang mewujudkan tegaknya syariat Allah di muka bumi?
Dalam hal ini, kita dapat bercermin pada apa yang dilakukan oleh generasi awal Islam, yakni para sahabat Rasulullah saw., yang merupakan generasi Islam yang terbaik. Mereka selalu menghiasi Ramadhan dengan cara bersungguh-sungguh melakukan amalan kebaikan. Apalagi, pada bulan Ramadhan ini, Allah SWT melipatgandakan pahala semua amal salih. Bahkan, Allah mengkhususkan ibadah shaum sebagai ibadah yang khusus untuk-Nya dan Allah pulalah yang akan memberikan pahalanya melebihi pahala amalan yang lain. Padahal, di luar bulan Ramadhan pun sesungguhnya Allah SWT telah melipatgandakan balasan bagi setiap amal kebajikan yang dilakukan hamba-hamba-Nya, sebagaimana firman-Nya:
Sesungguhnya Allah tidak akan menzalimi hamba-hamba-Nya walaupun sebesar zarrah pun. Jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipatgandakan balasan-Nya dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar. (TQS an-Nisa’ [4]: 40).
Karena itu, sungguh sayang jika kita tidak saling berlomba melakukan kebaikan di bulan yang penuh berkah ini.
Islam telah memberikan petunjuk bahwa di antara amal kebaikan terdapat amal-amal utama. Contohnya adalah menegakkan hukum-hukum Allah. Rasulullah saw. telah memberitahukan bahwa ditegakkannya satu hukuman Allah adalah lebih baik daripada turunnya hujan selama empat puluh malam. Demikian pula amalan-amalan utama lainnya seperti mengemban dakwah Islam, mengkritik penguasa yang menyimpang, melakukan jihad fi sabilillah, dsb. Amal-amal inilah-yang notabene wajib-yang seharusnya lebih kita perhatikan dan kita utamakan. Generasi terbaik Islam selalu menghiasi Ramadhan dengan amalan-amalan wajib yang utama ini, di luar amalan-amalan sunnah yang dianjurkan. Dalam sirah kita mengetahui bahwa Perang Badar al-Kubra dilakukan oleh Nabi saw. dan para sahabat beliau pada bulan Ramadhan, bahkan pada Ramadhan pertama diwajibkan shaum di dalamnya, yaitu pada tahun ke-2 Hijrah. Begitu juga Perang Tabuk dan Pembebasan Kota Makkah; dilakukan oleh para sahabat pada bulan Ramadhan. Kondisi lapar dan dahaga pada bulan tersebut tidak menghalangi mereka untuk melaksanakan kewajiban dan berbagai amalan salih hatta amalan yang berat semisal jihad (perang) di jalan Allah.
Hanya saja, Allah juga mensyariatkan bahwa kewajiban semacam penegakkan hukum-hukum Allah dan jihad fi sabilillah dalam rangka mengemban risalah Islam ke seluruh dunia baru dapat dilaksanakan ketika kaum Muslim sudah mempunyai institusi pelindung, Daulah Khilafah Islamiyah. Tanpa Daulah Khilafah Islamiyah, kewajiban utama tersebut belum dapat kita laksanakan, betapapun kita menginginkannya. Artinya, keberadaan Daulah Khilafah Islmiyah menjadi prasyarat agar kita dapat melaksanakan berbagai kewajiban utama tersebut. Bahkan, upaya mewujudkan institusi Daulah Khilafah Islamiyah menjadi “mahkota kewajiban”, karena tanpa Daulah Khilafah Islamiyah, berbagai kewajiban utama seperti di atas tidak akan terlaksana dengan sempurna. Apalagi, Daulah Khilafah Islamiyah juga merupakan solusi bagi berbagai problem yang melanda kaum Muslim saat ini, yang tengah berada pada kondisi terburuk sepanjang sejarahnya.
Ramadhan Bulan Dakwah dan Jihad
Menegakkan institusi Daulah Khilafah Islamiyah harus kita tempuh dengan dakwah. Dakwah merupakan upaya menyerukan Islam sebagai manhaj hidup bagi manusia. Dakwah merupakan sebaik-baik perkataan dan seruan. Allah SWT berfirman:
Perkataan siapakah yang lebih baik daripada perkataan orang yang menyeru manusia kepada (agama) Allah dan beramal salih serta berkata, “Aku termasuk orang yang berserah diri.” (TQS Fushshilat [41]: 33).
Dakwah harus kita lakukan dengan menempuh manhaj atau tharîqah sebagaimana yang ditempuh Rasulullah saw. Sebab, aktivitas Rasulullah saw. dalam melakukan dakwah merupakan penjelasan bagi kita tentang tatacara dakwah. Allah mewajibkan kita untuk mengikuti dan mencontoh Nabi saw. sebagai bukti kecintaan kita kepada Allah sehingga Allah pun akan mencintai kita serta mengampuni dosa dan kesalahan kita. Allah SWT berfirman:
Katakanlah (Muhammad), “Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (TQS Ali ‘Imran [3]: 31).
Allah SWT juga berfirman:
Sungguh telah terdapat pada diri Rasul suri teladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang-orang yang mengharapkan (bertemu) Allah dan Hari Akhirat dan banyak mengingat Allah. (TQS al-Ahzab [33]: 21).
Ayat tersebut sesungguhnya mengandung perintah kepada kita agar mengikuti suri teladan yang diberikan oleh Rasul dan meninggalkan yang lain. Perintah ini adalah wajib karena dikaitkan dengan pertemuan dengan Allah, sementara pertemuan dengan Allah dan keridhaannya merupakan nikmat yang paling besar (Lihat: QS al-Maidah [5]: 119). Perintah tersebut juga dikaitkan dengan kebaikan di Hari Akhir yang tidak lain adalah surga.
Dalam melakukan dakwahnya, Rasululah saw. dan para sahabat beliau tidak pernah menggunakan aktivitas fisik atau kekerasan sekalipun berbagai siksaan dan penderitaan mereka alami dan mereka pun mampu untuk melakukan aktivitas fisik itu. Bahkan, ketika Baiat Aqabah II, yakni pada saat kaum Muslim mengajukan usul untuk memerangi penduduk Mina esok harinya, Rasulullah menolaknya seraya mengatakan:
Kita belum diperintahkan demikian (berperang). (Sîrah Ibn Hisyâm).
Jelas, aktivitas fisik belum dilakukan oleh Rasulullah saw. dan para sahabat bukan karena mereka tidak mampu melakukannya tetapi karena memang Allah tidak membolehkannya sebelum Daulah Khilafah Islamiyah tegak. Hal itu dapat kita lihat bahwa setelah daulah tegak di Madinah, Rasulullah mulai melakukan aktivitas fisik, yakni jihad (perang) fi sabilillah. Karena itu, saat ini dalam upaya kita menegakkan institusi Daulah Khilafah Islamiyah, kita tidak boleh sama sekali menggunakan aktivitas fisik atau kekerasan. Dakwah yang harus kita lakukan adalah dakwah non-kekerasan. Hal itu kita lakukan sebagai bukti kecintaan kita kepada Allah dan keimanan kita akan kenabian Muhammad saw. Sebab, itulah manhaj atau metode yang dilakukan oleh Rasulullah yang wajib kita ikuti.
Khatimah
Sesungguhnya Ramadhan merupakan momen yang sangat mulia untuk mengokohkan upaya menerapkan syariat Allah di muka bumi ini secara totalitas. Upaya tersebut harus kita lakukan dengan tetap berpegang teguh pada manhaj atau tharîqah Rasulullah saw. Dengan itu, akan terwujud masyarakat yang bertakwa sebagaimana hikmah yang harus kita raih dari pelaksanaan shaum Ramadhan. Dengan itu pula, pertolongan Allah akan datang kepada kita sebagaimana yang telah Allah berikan kepada generasi Islam terdahulu Islam pada bulan yang penuh berkah ini seperti pada saat Perang Badar al-Kubra, Perang Tabuk, Penaklukan Makkah, Pembebasan Andalus, dsb. Singkatnya, Allah SWT pasti akan menolong kita dan mengokohkan kedudukan kita jika kita menolong (agama)-Nya, sebagaimana firman-Nya:
Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian menolong Allah, niscaya Allah akan menolong kalian dan mengokohkan kedudukan kalian. (TQS Muhammad [47]: 7).
Allâhumanshur man nashara ad-dîn wakhdul man qâtala al-muslimîn.

0 komentar:

Posting Komentar



 
media kampus Copyright © 2010 Blogger Template Sponsored by Trip and Travel Guide